Beranda | Profil | Profesi | Pernik

Wednesday, October 29, 2008

Menikmati Diklat (Peneliti)

Kegiatan utama saya di kantor selama ini memang kegiatan penelitian. Sebabnya, ya karena saya ditempatkan di unit litbang kantor. Tahun ini misalnya, saya meneliti sumber data yang dihasilkan satelit baru seperti ALOS (Jepang) dan TerraSAR-X (Jerman) untuk dikaji apakah sumber data baru itu cocok untuk kegiatan pemetaan di Indonesia, khususnya di BAKOSURTANAL – kantor tempat saya bekerja. Karena melakukan penelitian itulah, di kartu nama pun saya tidak segan mendeklarasikan diri sebagai seorang research scientist atau research engineer, atau dalam bahasa Indonesianya sebagai seorang peneliti.

Meskipun demikian, secara legal formal saya bukanlah seorang peneliti. Peneliti adalah sebuah jabatan fungsional yang diatur oleh peraturan perundangan tertentu. Diangkat atau diresmikan setelah memenuhi syarat-syarat tertentu, naik pangkat dan jabatan dengan mekanisme tertentu, dan tentunya juga dengan tunjangan peneliti yang diatur khusus juga. Nah, karena toh kebanyakan kegiatan saya adalah penelitian, lingkungan di sekitar saya sedikit menekan agar saya menjadi seorang peneliti yang formal diakui oleh UU sebagai peneliti. Salah satu keuntungannya adalah agar bisa naik pangkat dengan cepat (bisa 2 tahun sekali, bila dibanding naik pangkat biasa yang 4 tahun sekali), kata mereka.

Nah, untuk jadi seorang peneliti itulah, syarat pertama adalah mengikuti diklat fungsional peneliti tingkat pertama yang diselenggarakan oleh LIPI sebagai lembaga yang bertugas dan berwenang mengatur segala hal terkait dengan penelitian di lembaga pemerintah. Diklat itu sendiri rutin diadakan oleh LIPI secara bergelombang. Kita tinggal daftar, dan LIPI akan memanggil kita ketika tersedia tempat.

Setelah beberapa kali gagal dan diundur-undur dengan alasan kesibukan yang lain (saya sudah dicalonkan untuk mengikuti diklat ini sejak tahun lalu), akhirnya mulai Kamis yang lalu (tanggal 16 Oktober 2008) saya pun memasuki kawah candradimuka yang akan mempersiapkan para calon peneliti Indonesia untuk menjadi peneliti yang handal. Berbekal pengalaman mengikuti diklat jabatan yang pernah saya ikuti (yaitu Diklatpim IV karena saya gini-gini juga adalah pejabat eselon IV), saya datang ke diklat ini dengan mindset untuk “menikmatinya”.

Apa yang bisa kita nikamti dari diklat semacam ini?

Peserta diklat-diklat seperti ini biasanya diasramakan sehingga panitia bisa menjadwalkan diklat secara optimal. Dengan pola seperti ini, banyak hal yang dapat kita nikmati ketika mengikuti sebuah diklat. Pertama, teraturnya hidup kita. Sehari-hari kadang jadwal kita nggak karuan. Datang ke kantor pagi, siang ada rapat di mana, sore ada orang janjian minta bertemu, malam mungkin mengerjakan objekan atau ada pertemuan untuk membahas kerjaan di luar kantor. Di diklat hidup kita sungguh teratur. Bangun pagi, olahraga, sarapan, kemudian ada kelas, ada tugas sampai malam. Jadwal istirahat sudah jelas, baik itu break minum kopi ataupun break makan siang dan malam. Pokonya, diklat itu menyehatkan badan.

Kedua, terbebasnya pikiran dari beban pekerjaan. Di awal diklat mungkin otak kita masih terbebani beban pekerjaan yang mungkin belum kita selesaikan. Dengan ditugaskannya kita mengikuti diklat, maka kita juga dibebastugaskan dari pekerjaan kita di kantor. Jadi kita bisa berkata: “Peduli amat, terserah mereka yang ada di kantor. Pokoknya aku merdeka!” Beban pikiran kita bisa terfokus kepada tugas-tugas diklat yang saya yakin, jauh lebih ringan dari real life yang kita hadapi sehari-hari di kantor. Nah, hari Selasa besok sebenarnya ada tugas kantor yang sangat berat yang harus saya jalankan. Sebagai ketua tim perumus Rancangan UU tentang informasi geospasial nasional, saya harusnya hadir untuk mempertahankan rumusan RUU itu di Dephukham di hadapan departemen dan instansi lain. Suatu tugas yang berat dan sangat krusial, karena itu merupakan saringan sebelum RUU itu bisa masuk DPR untuk dibahas. Alhamdulillah, teman-teman di tim ini sudah mengatakan bahwa mereka akan handle masalah ini, dan kalau memang saya tidak bisa meninggalkan diklat mereka akan berjuang tanpa saya.

Ketiga, saya sangat menikmati perluasan networking yang kita miliki. Peserta diklat biasanya berasal dari berbagai instansi. Di diklat peneliti yang sekarang saya ikuti ini, ada peserta dari Lemigas DESDM, ada yang dari BATAN, ada yang dari BPS, ada yang dari LPRI (Lembaga Riset Perkebunan Indonesia, kalau anda baru tahu, sama saya juga baru tahu) dari berbagai balai di Sumatera dan Jawa, dan ada yang dari Balai Besar tentang tekstil dari Deperin di Bandung. Dan karena peserta berkumpul, sehidup semati, menikmati suka dan duka yang sama (banyaknya sih suka-nya) dalam waktu yang cukup panjang (diklat ini berlangsung selama 3 minggu), tentu bonding atau ikatan di antara peserta akan terjalin dengan kuat. Jadi tidak hanya sekedar kenal, tetapi lebih dari kenal (apa pun itu maknanya).

Keempat adalah belajar. Para instruktur memang sering mengatakan bahwa untuk seorang S3 mungkin diklat ini tidak diperlukan lagi. Tapi sikap saya adalah bahwa saya siap untuk belajar. Saya yakin, pasti akan tambahan ilmu pengetahuan dari mereka. Apalagi yang mengajar adalah para suhu di bidang penelitia. Kebanyakan adalah para APU (bukan apusan) alias Ahli Peneliti Utama yang sudah bergelar profesor riset. Paling tidak, mereka berpengalaman dalam hal bagaimana mengumpulkan angka kredit sehingga bisa naik dengan cepat dan tunjangan pun tentu mengikuti.

Kenikmatan lain? Mungkin ada juga, tapi tidak terpikir ketika saya mengetik tulisan ini. Yang jelas, saya inget banget ketika selesai mengikuti diklatpim IV, saya bergumam: “Waduh, harus tenggelam dalam rutinitas pekerjaan lagi nih!”.