Beranda | Profil | Profesi | Pernik

Friday, November 14, 2008

Waktu Bersama Anak ...

Ayah, what time r u coming home? U said we’ll be going out for dinner tonight”. Saya membaca SMS dari si sulung itu menjelang waktu Maghrib di tengah kemacetan Jalan Tol Kota menuju sebuah pertemuan di sebuah hotel di Jakarta. Si sulung memang tidak ter-update bahwa hari itu saya tidak bisa memenuhi janji saya untuk makan di luar bersama anak-anak. Meskipun sudah bilang ke istri dan anak-anak yang lain, tak urung perasaan bersalah menggunung juga. Kuketik: “I really have to say sorry. I’m underway to a meeting in Jkt. Let’s try to do it tomorrow”. Itulah janjiku kepadanya.

Semuanya ini gara-gara diklat yang tiga minggu harus saya ikuti. Selama diklat, anak-anak jadi jarang melihat ayahnya, kecuali hari Minggu. Kalau pun mabur dari diklat, paling waktunya malam dan anak-anak sudah tidur. Kebetulan selama diklat itu, istriku pun mendapatkan order kerja yang lumayan. Jadi relatif sering ke luar rumah, bahkan juga harus keluar kota. Jadilah untuk menebus dosa ini, saya menjanjikan anak-anak untuk makan-makan bersama di luar rumah.

Kebiasaan ini memang selalu saya jalankan. Setelah beberapa waktu, selalu saya usahakan agar keluarga bisa bersama-sama menjalankan satu acara. Apalagi kalau saya baru menyelesaikan tugas ke luar dalam waktu yang agak lama. Jalan-jalan kek, makan di mana kek... yang penting ngumpul bersama-sama. Tujuannya?

Saya percaya bahwa komunikasi adalah kunci utama kesukesan membina keluarga, termasuk membina anak-anak kita. Ketika komunikasi antar anak dan orang tua mulai tersumbat, biasanya mulailah masalah timbul. Masih mending kalau masalah itu terdeteksi karena komunikasi yang intens. Kalau tidak ada komunikasi, si anak sibuk dengan dunianya dan si ortu juga sibuk dengan dunianya. Akibatnya? Ketika ada masalah, tidak terdeteksi dari awal dan tahu-tahu sudah membesar sehingga sulit dipecahkan.

Berkomunikasi dengan anak memerlukan keterampilan tersendiri. Tidak semua anak bisa bersikap terbuka dan dengan spontan bercerita tentang dunianya kepada kita. Apalagi menjelang usia remaja.

Si sulung tadi sekarang menginjak kelas 1 SMP atau kelas 7 menurut istilah sekarang. Biasanya saya harus memutar otak dengan keras agar dia mau bercerita tentang dirinya, tentang sekolahnya, tentang teman-temannya, atau tentang hal yang lainnya. Beda ketika dia masih usia di bawah 10 tahun. Dengan mudah saya bisa mengorek informasi yang saya maui dari dia. Saya ajak bicara dia tentang buku yang dia baca, saya ajak dia main bola bersama, saya ajak dia mengerjakan sesuatu bersama, saya ajak dia jalan-jalan, dan sambil melakukannya itu saya menyerap informasi sebanyak mungkin tentang dunia dia. Bahkan tidak jarang, saya pancing dia dengan menceritakan dunia saya terlebih dahulu kepadanya (dalam bahasa anak-anak tentunya) ketika dia terlihat agak malas untuk bercerita.

Sekarang, dia tidak semudah itu lagi berbicara dan saya harus berjuang agar tetap dekat dengan dia. Dan sebagai bagian dari perjuangan itu, akhirnya tadi malam saya sekeluarga mendapatkan waktu untuk makan malam bersama di luar. Itulah investasi masa depan.

Tidak ada yang istimewa yang dibicarakan selama makan. Hanya membicarakan menu makanan yang diorder, enak tidaknya, perbandingan dengan restoran yang lain, atau saling meledek karena menu yang dipilih masing-masing, dan sebagainya (saya diledek habis karena pesan menu yang sangat tradisional .. *smile*). Yang penting komunikasi terbuka.

Saya bayangkan kalau saya tidak menjanjikan hal ini kepada anak-anak, tidak mungkin si sulung akan SMS menanyakan jam berapa saya pulang. Kalau tidak seperti ini, saya akan sulit untuk meledek dia dan dia tidak akan punya kesempatan untuk meledek saya.

Karena itulah, malam tadi perasaan berbunga-bunga mewarnai hati. Keluargaku, surgaku. Merekalah orang-orang terdekat dengan saya dan karena itu harus betul-betul dekat segalanya.
Ya Allah, berkahilah kami dan anak-anak kami. Jadikanlah mereka penghias hidup kami di dunia dan akhirat...

Untuk yang rumahnya sudah dihiasi anak-anak, janganlah ragu untuk berinvestasi menjaga kedekatan hubungan dengan anak-anak kita.
Untuk yang sedang menunggu, insya Allah, DIA akan memberikan yang terbaik untuk kita ...

Bogor, 14 November 2008

1 comment:

Unknown said...

Coba deh rajin2 wiridin anak2nya dengan sholawat nabi, Insya Alloh semoga jadi anak yang shaleh, AMIN!!